Dalam mengharung terik mencari bayu,
dengan pinta jerit yang tak terpenuh,
aku biarkan matahari membakar bahuku,
walau di kiri,
rimbun teduh menyapa,
dengan bulan rendang.
tak mengapa,
dengan sepatu lusuh,
dengan ceracak duri,
aku tinggalkan jejakku
yang berbayang pada debu semalam.
siapa bisa menahan saat jatuh ketentuan?
Kudrat ini,
ibaratnya embun di hujung ranting,
menanti saat tersejat dalam bahang siang.
No comments:
Post a Comment