Memoir kasut dan baju,
masih berdenyut;
di dalam ruang rindu,
tak tahu untuk lenyap,
manis tetapi perit.
Ketika qalbu masih bersatu,
benang merah ini dijanjikan;
permata yang lestari sinarnya,
tiupan semilir tenang dari ufuk ke ufuk.
Namun semakin jauh masa berjalan,
semakin malap api di dada,
sedekad engkau menjadi dewi,
gemerlap rasa ini bukan payung,
keringat dan tindak,
kau fatwakan palsu.
Memoir kasut dan baju,
hidup dan terus hidup,
bukan sebagai parut,
tetapi sebagai kitab.